Kamis, 13 Oktober 2011

Kata Baku dan tidak Baku


KATA BAKU DAN TIDAK BAKU

1. aktif = aktip
2. ambulans = ambulan
3. analisa = analisis
4. andal = handal
5. anggota = angauta
6. antre = antri
7. apotik = apotek
8. asas = azas
9. atlet = atlit
B
10. bus = bis
11. berpikir = berfikir
C
12. cabai = cabe, cabay
13. cenderamata = cinderamata
D
14. daftar = daptar
15. definisi = difinisi
16. depot = depo
17. detail = detil
18. diagnosis = diagnosa
19. diferensial = differensial
20. dipersilakan = dipersilahkan
21. disahkan = disyahkan
E
22. ekspor = eksport
23. ekstrem = ekstrim
24. ekuivalen = ekwivalen
25. embus = hembus
26. esai = esei
F
27. formal = formil
28. februari = pebruari
29. fiologi = phiologi
30. fisik = phisik
31. foto = photo
32. fondasi = pondasi
33. frekuensi = frekwensi
G
H
34. hafal = hapal
35. hakikat = hakekat
36. hierarki = hirarki
37. hipotesis = hipotesa
I
38. insaf = insyaf
39. ikhlas = ihlas
40. impor = import
41. istri = isteri
42. ijazah = ajasah, ijasah
43. izin = ijin
44. imbau = himbau
45. isap = hisap
J
46. jaman = zaman
47. jenazah = jenasah
48. justru = justeru
K
49. karier = karir
50. kaidah = kaedah
51. kategori = katagori
52. khotbah = khutbah
53. konferesi = konperensi
54. kongres = konggres
55. kompleks = komplek
56. kualifikasi = kwalifikasi
57. kualitas = kwalitas
58. kuantitatif = kwantitatif
59. koordinasi = koordinir
L
M
60. manajemen = menejemen
61. manajer = menejer
62. masalah = masaalah
63. masjid = mesjid
64. merek = merk
65. meterai = meterei
66. metode = metoda
67. miliar = milyar
68. misi = missi
69. mulia = mulya
70. mungkir = pungkir
71. museum = musium
N
72. narasumber = nara sumber
73. nasihat = nasehat
74. November = Nopember
O
75. objek = obyek
76. objektif = obyektif
P
77. paspor = pasport
78. peduli = perduli
79. praktik = praktek
80. provinsi = propinsi
81. putra = putera
82. profesor = proffesor
Q
R
83. ramadhan = ramadan
84. risiko = resiko
S
85. saraf = syaraf
86. sekadar = sekedar
87. silakan = silahkan
88. sistem = sistim
89. saksama = seksama
90. standardisasi= standarisasi
91. subjek = subyek
92. subjektif = subyektif
T
93. teknik = tehnik
94. teknologi = tehnologi
95. terampil = trampil
96. telantar = terlantar
U
97. ubah = rubah
98. utang = hutang
V
99. varietas = varitas
W
X
Y
Z
100. zaman = jaman

Rabu, 05 Oktober 2011

ANALISIS CERPEN

Menganalisis Nilai-nilai Kehidupan pada 
Cerpen-Cerpen dalam Satu Buku Kumpulan Cerpen

Kemampuan apa yang harus kamu kuasai?
Setelah mempelajari materi dalam kompetensi dasar ini kamu diharapkan dapat:
1. menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan
cerpen
2. menentukan relevansi nilai-nilai dalam cerpen dengan kehidupan masa kini
Menganalisis cerpen sudah bebrapa kali kamu lakukan pada
pembelajaran yang lalu. Pada pertemuan kali ini kamu diajak untuk lebih
mendalami bagaimana menganalisis nilai-nilai kehidupan yang terdapat
dalam cerpen-cerpen dalam buku kumpulan cerpen.
1. Membaca dan Menganalisis Unsur Intrinsik dalam cerpen
Bacalah cerpen berikut ini!

                                      Berlayar ke Miangas
                                     Cerpen Gerson Poyk

Di atas pesawat yang terbang dari Bandara Sukarno-Hatta menuju
Manado, tidak ada yang unik. Rasanya biasa-biasa saja. Sebelum transit
sebentar di Makassar, penumpang diberi aqua gelas plastik dan sepotong
lemper lebih besar sedikit dari ibu jari. Akan tetapi yang menarik adalah
tetangga dudukku. Di sebelah kananku jendela dan di sebelah kiriku seorang
wanita muda yang memperkenalkan dirinya sebagai dokter gigi. Ah, gigi lagi,
gigi lagi, aku benci gigiku, gigiku pernah diperkosa habis-habisan oleh
perempuan dokter seperti yang duduk di sebelah kiriku.
Aku tercenung mengenang pengalamanku dengan perempuan dokter
gigi yang pernah mencabut gigiku yang pecah sendiri dan setengahnya
tertancap di gusi atas mulutku. Ia mengatakan bahwa sepenggal gigi yang
tertinggal di gusi atasku harus dikeluarkan dengan operasi, bukan dicabut.
Maka sang dokter gigi itu mengoperasi gigiku. Namun walaupun tinggal
101
Pariwisata
setengahnya, kerasnya luar biasa sehingga ia berkeringat dingin mengomel
sendiri, begini, “Kalau obat anti nyerinya hilang tenaganya, waduh, akan
sakit. Apalagi umur Bapak sudah berkepala empat.”
Walaupun mulutku tak boleh berbicara, aku ikut mengomel, “Walaupun
sudah tua aku masih mencangkul kebun dan naik sepeda sepuluh kilometer
sehari dari kebun ke rumah. Pulang pergi dua puluh kilometer sehari!”
“Wah, Pak Tua kita ini superman. Cuma gigi yang kalah. Wah bagaimana
nih, sukar sekali menemukan kepingan gigi yang kecil dalam gusi Bapak.
Bagaimana nih?” gerutu sang dokter gigi.
Mendengar itu, rasanya aku mau bangun dan menggigitnya. Coba suntik
lagi obat anti nyeri. Sang dokter menyuntik lalu alat pencabutnya mengorekngorek
lubang gusiku.
“Tolong telepon anakku. Bilang aku dalam bahaya,” kataku kepadanya.
Ia menyuruh perawatnya menelepon anakku. Begitu anakku tiba, gigiku telah
tercabut! Aku begitu senang, dengan keberhasilannya sehingga aku berterima
kasih kepadanya. Mestinya aku marah tetapi aku tidak sampai hati
mengomelinya.
Ada lagi pengalaman buruk dengan dokter gigi di sebuah rumah sakit
swasta di Jakarta. Dokter gigi yang cantik itu ketika mengebor gigiku, asyik
berbicara dengan temannya. Ketika ia mengeluarkan bor gigi, benda
berbahaya itu menyerempet bibirku. Hampir saja aku sumbing. Semenjak itu
aku tak pernah lagi berobat kepadanya.
“Bapak tinggal di Manado?” tanya dia, sang dokter gigi di sebelah kiriku.
“Tidak,” kataku. “Saya akan meneruskan perjalanan ke Miangas,”
kataku.
“Bapak orang Miangas?” tanya sang dokter gigi.
“Tidak,” jawabku.
“Tinggal di Jakarta tapi saya berasal dari pulau Ndana.”
“Di mana pulau itu?” tanya dia.
“Pulau paling selatan di peta Indonesia.”
“Kawin dengan orang dari pulau paling utara,” katanya.
“Mengapa sendirian ke Miangas, tidak dengan nyonya?” sambungnya.
“Nyonya saya tinggal di Miangas, sekarang,” kataku.
“Ini namanya pisah pulau,” katanya.
“Ya, karena keadaan. Keadaan isteriku meminta ia harus tinggal di pulau
kecil, pulau yang dikelilingi ombak samudra.”
“Mengapa harus demikian?”
“Dia menderita penyakit jiwa. Lupa pada semua orang, bahkan anak
dan suaminya. Lebih celaka lagi ia suka lari dari rumah, mengembara tak
tentu arah. Pernah naik mobil sampai Cianjur, Karawang. Untung ada nomor
telepon di bajunya sehingga polisi dan satpam serta preman yang
menemukannya menelepon kami lalu kami jemput. Akan tetapi suatu hari,
sehabis saya mandikan dia, dia berpakaian bagus dan tiba-tiba, walaupun
dijaga ketat, dia bisa lari dari rumah tanpa nomor telepon di baju dan hilang
102
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
selama beberapa bulan. Saya menemukannya secara kebetulan ketika saya ke
kebun raya Bogor. Dia duduk di pintu gerbang sambil meminta-minta. Dia
lupa bahwa dia masih punya suami dan anak. Semenjak itu keluarga sepakat
untuk mengirimnya pulang ke Miangas.”
Mengapa tidak masukkan dia ke rumah sakit jiwa?”
Sudah, tetapi anehnya, dia bisa lari dari sana. Di rumah ia sering lari
melompati tembok setinggi tiga meter, di rumah sakit jiwa ia bisa lari menembus
pagar kawat berduri. Aneh, lecetnya segera sembuh sendiri tanpa obat,”
tuturku. “Sudah beberapa kali dia ditabrak kendaraan bermotor dan digotong
ke klinik dan rumah sakit tetapi kami dapat menemukannya kembali karena
ada nomor telepon di bajunya. Sudah beberapa kali pula ia dibuang dari
kendaraan umum.”
“Tragis sekali,” kata sang dokter gigi sambil menggigit bibir bawahnya.
“Mengapa tidak tinggal di Pulau Ndana dirawat oleh keluarga pihak suami?”
tanya sang dokter.
“Nenek moyang saya memang berasal dari Pulau Ndana tetapi kini pulau
itu kosong melompong. Karena takut akan seringnya kapal asing, terutama
kapal turis Australia ke sana maka kini ditempati oleh beberapa orang marinir
secara bergiliran. Tiap enam bulan ganti orang, seperti juga di Miangas,”
kataku.
“Saya juga akan bertugas ke Miangas selama enam bulan.”
“Seperti para marinir?” tanyaku.
“Ya. Saya perwira TNI Angkatan Laut.”
“Wau, mengapa tidak pakai seragam? Lagi menyamar untuk mencari
dan menjebak teroris?” kataku. Dia tertawa. Aku juga tertawa.
“Kembali ke isteri Anda. Apa kata dokter tentang penyakitnya?”
“Dementia,” kataku.
* * *
Kapal bertolak dari Pelabuhan Bitung menuju Miangas melalui
pelabuhan di beberapa pulau kecil di utara Sulawesi. Ketika kapal bersandar
di dermaga Miangas di pagi hari, aku terkejut melihat istriku berdiri di atas
timbunan karung-karung ikan asin dan kopra, menari-nari, melompat-lompat,
bernyanyi dan berpidato. Aku tak dapat menahan air mataku ketika bersandar
di geladak paling atas menunggu pintu kapal dibuka.
Tiba-tiba ada tangan halus menyorongkan tisu kepadaku. Aku
memandang wajahnya, wajah dokter gigi perwira TNI Angkatan Laut itu.
Setelah minum obat yang kubawa dari Jakarta, isteriku tenang kembali.
Ia tinggal di rumah saja dan makan teratur, tidur teratur selama sebulan tetapi
bulan berikutnya ketika obatnya habis dan mesti mengambilnya ke Jakarta,
isteriku kumat lagi. Namun ia tak bisa ke mana-mana lagi. Keluarga merasa
aman, kecuali semua nahkoda kapal yang bersandar karena istriku selalu
masuk ke kapal dengan tas lalu berceloteh bahwa ia ingin naik kendaraan
laut untuk mengurus keuangan. Mereka sedikit repot menggotong istriku
keluar dan menyuruhnya pulang.
103
Pariwisata
* * *
Selama tiga bulan di Miangas, aku memasang kincir angin di beberapa
titik pantai yang anginnya keras untuk memperoleh tenaga listrik. Listrik
yang diperoleh dari kincir-kincir anginku membuat Miangas, pulau kecil yang
berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Filipina itu terang benderang.
Kerajinan rakyat berkembang. Tukang-tukang membuat rumah knock
down dari batang kelapa tua, rumah yang indah memenuhi permintaan
beberapa Negara terutama Jepang, Eropa dan Amerika. Pabrik ikan kaleng
beberapa buah. Berton-ton ikan asin diekspor ke Afrika yang selalu kekurangan
gizi itu.
Orang-orang Sangie-Talaud pria dan wanita sangat musikal. Berlatih di
terang listrik di malam hari menghasilkan koor yang mendapat penghargaan
internasional di luar negeri. Hanya akulah yang masih tetap murung dalam
kabut perkawinanku.
Akan tetapi lambat laun Miangas menghilangkan duka nestapa
perkawinan kelabuku. Akan tetapi hal itu untuk sementara saja. Pada suatu
hari istriku menarik sebuah sampan kecil dan berdayung ke tengah laut untuk
mengurus keuangan - katanya kepada seorang anak kecil pemilik sampan
kecil pula. Maka hilanglah dia ditelan laut untuk selamanya.
Tidak lama kemudian, ketika kincir anginku sedang membawa cahaya
dan tenaga untuk kegiatan industri di pulau itu aku dan dokter gigi itu
menikah di pulau yang kecil itu. ***
Suara Karya, Sabtu, 13 Januari 2007

A. Setelah kamu baca kutipan cerpen tersebut analisislah cerpen itu dari
     unsur intrinsik!


                                1. Tema
                                2. Tokoh
                                3. Karakter tokoh
                                4. Latar/seting
                                5. Pesan/amanat

B.Tentukan nilai-nilai kehidupannya dalam Cerpen tersebut

                                1. Nilai Persahabatan
                                2.Nilai sosial
                                3.Nilai  relegius
                                4.Nilai  kekeluargaan.

SELAMAT  MENGERJAKAN

                     

Sabtu, 01 Oktober 2011

Akhlak


1. Tidak riya


عَنْ مَحْمُوْدِ بْنِ لُبَيْدٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَخْوَفُ مَا اَخَافُ عَلَيْكُمْ اَلشّرْكُ اْلاَصْغَرُ. قَالُوْا: وَمَا الشِّرْكُ اْلاَصْغَرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ: اَلرّيَاءُ يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اِذْهَبُوْا اِلىَ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تُرَاءُوْنَ فىِ الدُّنْيَا فَانْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً؟ احمد
Dari Mahmud bin Lubaid, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesuatu yang paling aku khawatirkan atas kamu sekalian itu adalah syirik kecil". Kemudian para shahabat bertanya, "Apa syirik kecil itu ya Rasulullah ?". Rasulullah SAW menjawab, "(Syirik kecil itu ialah) riya'. Besok pada hari qiyamat ketika para manusia diberi balasan dengan amal-amal mereka, Allah 'azza wa jalla akan berfirman kepada mereka, "Pergilah kamu sekalian kepada orang-orang yang dahulu kamu berbuat riya' padanya ketika di dunia. Maka lihatlah olehmu sekalian apakah  kamu  mendapati  pahala  pada  merek [HR. Ahmad, juz V : 428]
4 Jangan dusta
يـاَيـُّهَا الَّذِيـْنَ امَنُوا اتَّـقُوا اللهَ وَ قُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيـْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَ يَغْفِرْلَكُمْ ذُنـُوْبَكُمْ، وَ مَنْ يُّـطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَه فَـقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. الاحزاب:70-71
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [Al-Ahzab : 70 - 71]

يـاَيـُّهَا الَّذَيـْنَ امَنُوْا لِمَ تَـقُوْلُـوْنَ مَا لاَ تَـفْعَلُـوْنَ. كَـبُرَ مَقْتـًا عِنْدَ اللهِ اَنْ تَـقُوْلُـوْا مَا لاَ تَـفْعَلُـوْنَ. الصف:2-3
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. [Ash-Shaff : 2 - 3]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بـْنِ عَمْرٍو رض اَنَّ رَجُلاً جَاءَ اِلىَ النَّبِيِّ ص فَقَالَ: يـَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا عَمَلُ اْلجَنَّةِ؟ قَالَ: اَلصِّدْقُ. اِذَا صَدَقَ الْعَبْدُ بَرَّ، وَ اِذَا بَرَّ آمَنَ، وَ اِذَا آمَنَ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. قَالَ: يـَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَا عَمَلُ النَّارِ؟ قَالَ: َالْكَذِبُ، اِذَا كَـذَبَ اْلعَبْدُ فَجَرَ، وَ اِذَا فَجَرَ كَـفَرَ، وَ اِذَا كَـفَرَ يَعْنِى دَخَلَ النـَّارَ. احمد
Dari Abdullah bin 'Amr RA ia berkata : Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya : "Ya Rasulullah, apakah amalan surga itu ?" Rasulullah SAW bersabda : "(Amalan surga itu ialah) jujur. Apabila seorang hamba itu jujur berarti dia itu baik, apabila baik dia beriman dan apabila dia beriman maka dia masuk surga". Orang itu bertanya lagi : "Ya Rasulullah, apakah amalan neraka itu ?" Rasulullah SAW bersabda : "(Amalan neraka itu ialah) dusta. Apabila seorang hamba itu berdusta berarti dia durhaka, apabila durhaka dia kafir dan apabila kafir maka dia masuk neraka". [HR. Ahmad]

عَنْ اَبــِى بُـرَيـْدَةَ اْلاَسْلاَمِيِّ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَـقُوْلُ: اَلاَ اِنَّ اْلكَـذِبَ يُـسَوِّدُ اْلوَجْهَ. وَ النَّـمِيْمَةَ عَذَابُ اْلـقَـبْرِ. ابو يعلى و الطبرانى و ابن حبان فى صحيحه و البيهقى
Dari Abu Buraidah Al-Aslamiy RA ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Ketahuilah, sesungguhnya dusta itu menghitamkan wajah dan namimah itu (menyebabkan) siksa qubur". [HR. Abu Ya'la, Thabrani, Ibnu Hibban di dalam Shahihnya dan Baihaqi]



5.Penuhi janji
وَ اَوْفُوْا بِعَهْدِ اللهِ اِذَا عَاهَدْتُّمْ وَ لاَ تَـنْقُضُوا اْلاَيــْمَانَ بَعْدَ تَـوْكِـيْدِهَا وَ قَدْ جَعَلْـتُمُ اللهَ عَلَـيْكُمْ كَـفِيْلاً، اِنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا تَـفْعَلُـوْنَ. النحل:91
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu melanggar sumpah(mu) sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. [An-Nahl : 91]

وَ اَوْفُوْا بِاْلعَهْدِ اِنَّ اْلعَهْدَ كَانَ مَسْئُوْلاً. الاسراء:34
Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. [Al-Israa' : 34]

يـاَيــُّهَا الَّذِيـْنَ امَنُوْا لاَ تَخـُوْنُوا اللهَ وَ الـرَّسُوْلَ وَ تَخـُوْنُوْا اَمَانَـتِكُمْ وَ اَنــْتُمْ تَـعْلَمُوْنَ. الانفال:27
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. [Al-Anfaal : 27]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بـْنِ عَمْرِو بـْنِ اْلعَاصِ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اَرْبَـعٌ مَنْ كُـنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالـِصًا، وَ مَنْ كَانَ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةُ النِّـفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا. اِذَا ائْـتُمِنَ خَانَ، وَ اِذَا حَدَّثَ كَـذَبَ، وَ اِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَ اِذَا خَاصَمَ فَجَرَ. البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذى و النسائى
Dari Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash RA, ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW bersabda : "Ada empat perkara barangsiapa yang empat perkara itu ada padanya maka ia adalah orang munafiq yang sebenarnya. Dan barangsiapa ada padanya satu bagian dari yang empat perkara itu berarti ada padanya satu bagian dari kemunafiqan sehingga ia meninggalkannya, yaitu : 1. Apabila diberi amanat ia  khianat, 2. Apabila berbicara ia berdusta, 3. Apabila berjanji menyelisihi dan 4. Apabila bertengkar ia curang. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai]

عَنْ اَنــَسِ بْنِ مَالِكٍ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَـقُوْلُ: ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِـيْهِ فَهُوَ مُنَافِقٌ وَ اِنْ صَامَ وَ صَلَّى وَ حَجَّ وَ اعْتَمَرَ، وَ قَالَ اِنِّى مُسْلِمٌ. اِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَ اِذَا وَعَدَ اَخْلَفَ وَ اِذَا ائْـتُمِنَ خَانَ. ابو يعلى
Dari Anas bin Malik RA ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Ada tiga perkara yang apabila tiga perkara itu ada padanya maka ia adalah orang Munafiq, meskipun ia puasa, shalat, hajji, umrah dan mengatakan : "Sesungguhnya saya orang Islam", yaitu : 1. Apabila berbicara ia berdusta, 2. Apabila berjanji menyelisihi dan 3. Apabila diberi amanat ia khianat. [HR. Abu Ya'la]


6. JANGAN DENGKI

عَنْ عَبْدِ اللهِ بـْنِ كَـعْبٍ عَنْ اَبِـيْهِ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَا ذِئـْبَانِ جَائِـعَانِ اُرْسِلاَ فِى زَرِيْـبَةِ غَنَمٍ بِـاَفْسَدَ لَـهَا مِنَ اْلحِرْصِ عَلَى اْلمَالِ وَ اْلحَسَدِ فِى دِيـْنِ اْلمُسْلِمِ وَ اِنَّ اْلحَسَدَ لَـيَأْكُلُ اْلحَسَنَاتِ كَمَا تَـأْكُلُ النَّـارُ اْلحَطَبَ. الترمذى
Dari Abdullah bin Ka'ab dari ayahnya RA, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : "Dua serigala lapar yang dilepaskan di tengah-tengah sekelompok kambing tidaklah lebih berbahaya dari pada rakusnya terhadap harta dan kedengkian bagi agama seorang Muslim. Dan sesungguhnya dengki itu bisa memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar". [HR. Tirmidzi]



عَنِ الزُّبـَيْرِ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: دَبَّ اِلَـيْكُمْ دَاءُ اْلاُمَمِ قَـبْلَكُمْ. اَلـْحَسَدُ وَ اْلبَغْضَاءُ. وَ اْلبَغْضَاءُ هِيَ اْلحَالـِـقَةُ. اَمَّا اِنِّى لاَ اَقُوْلُ تَحْلِقُ الشَّعَرَ وَ لكِنْ تَحْلِقُ الدِّيـْنَ. البزار باسناد جيد و البيهقى
Dari Zubair RA, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Akan menjalar kepadamu penyakitnya ummat-ummat sebelummu, yaitu dengki dan kebencian yang sangat. Dan kebencian yang sangat itu adalah pencukur. Adapun saya tidak mengatakan mencukur rambut, tetapi mencukur agama. [HR. Al-Bazzar dengan sanad yang baik, dan Baihaqi
7Jangan marah
عَنْ حُمَـيْدِ بْنِ عَبْدِ الـرَّحْمنِ عَنْ رَجُلٍ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِّ ص قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يـَا رَسُوْلَ اللهِ، اَوْصِنـِى. قَالَ: لاَ تَـغْضَبْ. قَالَ: فَـفَكَّرْتُ حِيْنَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص مَا قَالَ. فَاِذَا اْلغَضَبُ يَجْمَعُ الشَّرَّ كُـلَّهُ. احمد
Dari Humaid bin Abdurrahman dari seorang shahabat Nabi SAW, ia berkata : Ada seorang laki-laki berkata : "Ya Rasulullah, nasehatilah saya". Rasulullah SAW bersabda : "Jangan marah". Ia berkata : "Lalu saya berfikir ketika Rasulullah SAW menyabdakan apa yang beliau nasehatkan itu bahwa marah itu mengumpulkan kejahatan seluruhnya". [HR. Ahmad]


Menyelesaikan masalah
1.        Masalah akan selalu muncul  walau denagan  orang hebat
2.       Orang hebaat itu orang yang bisa menyelesaikan masalah.
3.       Prinsisp yang besar  akan semakin banyak masalah.






Kompetensi Bahasa

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.